Sabtu, 31 Juli 2010

Mampukah Anak Autis Belajar di Sekolah Umum?

Jakarta, Desakan agar anak autis dibolehkan menempuh pendidikan di sekolah umum terus muncul. Bagaimana peluang anak autis bisa belajar di sekolah umum?

Psikolog Tri Gunadi, OT, S.Psi, S.Ked dari Yayasan Medical Exercise Therapy mengakui memang tidak semua anak autis mampu sekolah di sekolah umum. Karena kalau dipaksakan pun dengan alasan agar tidak ada diskriminasi justru si anak autis yang akan kesulitan mengikutinya.

Menurutnya, ada beberapa syarat jika orangtua anak autis ingin menyekolahkan anaknya di sekolah umum. Syarat-syarat tersebut adalah:
Komunikasi klasikal (verbal atau non verbal)
Gangguan perilaku sudah hilang, seperti temper tantrum (suka marah dan mengamuk), berteriak-teriak dan lainnya.
Gangguan emosi sudah tidak ada lagi
Tidak mendistraksi atau terdistraksi anak yang lain, dengan kata lain si anak sudah bisa berkontrasi
Memiliki kemampuan akademis

Nah, jika anak autis belum bisa memenuhi syarat-syarat tersebut sekolah inklusi atau kebutuhan khusus menjadi jalan keluarnya.

"Sekolah inklusi memang menjadi jalan terbaik untuk anak autis yang kondisinya belum stabil," ujar Tri dalam acara Autism & Friends: Talent & Artwork Showcase di Senayan City yang diadakan London School of Public Relation, Jakarta, Jumat (30/7/2010).

Sekolah inklusi merupakan sekolah dengan sistem, guru, kurikulum adaptasi dan fasilitas sekolah yang memadai dan disesuaikan bagi anak autis.

Sekolah inklusi hanya mewajibkan 3 syarat teratas (komunikasi klasikal, perilaku dan emosi) dari 5 syarat untuk sekolah umum.

Namun bukan berarti anak autis tidak bisa bersekolah di sekolah umum. Dengan rajin melakukan terapi terlebih dahulu biasanya anak autis bisa menguasai 5 syarat di atas.

Selain syarat untuk sekolah, terapi juga wajib bagi anak autis karena bila tidak di terapi yang tumbuh hanya fisiknya, tapi perkembangan tidak terjadi (komunikasi, bahasa, emosi, perilaku, sensorik dan lainnya).

Anak autism idealnya mempunyai 3 terapis yang berbeda (termasuk orangtua) untuk sarana generalisasi agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya.

Terapi ini harus dipantau oleh ahlinya, dilaksanakan secara simultan dan kontinu baik di tempat terapi, rumah dan lingkungan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar